MENGENAL APA ITU MODIFIKASI CUACA YANG SERING DIGUNAKAN UNTUK MITIGASI BENCANA DAN BAGAIMANA CARA KERJANYA ?
Sumber Foto : Antara News. Petugas BNPB, BPBD Kalbar dan BMKG bersama bersiap melakukan modifikasi cuaca dengan menggunakan pesawat, untuk mencegah semakin meluasnya Karhutla di Kalbar, di Pontianak, Jumat (4/7/2025).
Modifikasi cuaca sering kali kita dengar belakangan terutama ketika musim kemarau saat curah hujan sangat rendah serta dengan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) sudah terjadi di berbagai wilayah. Namun apa sebenarnya modifikasi cuaca dan bagaimana cara melakukannya ?
Mengutip dari laman Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN), Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah usaha campur tangan manusia dalam pengendalian sumber daya air di atmosfer dengan memanfaatkan parameter cuaca untuk tujuan menambah atau mengurangi intensitas curah hujan pada daerah tertentu guna meminimalkan risiko bencana alam yang disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODIFKASI CUACA
Sejarah modifikasi cuaca modern dimulai pada tahun 1946, ketika ilmuwan Amerika Serikat Vincent Schaefer dan Irving Langmuir dari General Electric melakukan eksperimen pertama dengan menyebarkan dry ice (es kering) ke awan. Eksperimen ini berhasil menghasilkan salju buatan di negara bagian New York.
Pada tahun 1947, Bernard Vonnegut (saudara penulis Kurt Vonnegut) menemukan bahwa perak iodida (AgI) bisa menjadi alternatif efektif untuk menyemaikan awan. Zat ini memiliki struktur kristal mirip es, sehingga bisa memicu pembentukan partikel hujan.
Kemudian, proyek skala besar pertama dilakukan oleh Amerika Serikat pada era Perang Dingin, seperti Project Cirrus (1947-1952), yang bertujuan memodifikasi badai tropis. Namun, teknologi ini baru berkembang pesat pada abad ke-21, terutama di negara-negara dengan tantangan iklim ekstrem seperti China, Uni Emirat Arab (UEA).
Di Indonesia, modifikasi cuaca yang dikenal sebagai Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dimulai pada tahun 1977 untuk mengatasi kekeringan dan mendukung pertanian. Saat itu Presiden Soeharto melihat pertanian di negara Thailand cukup maju. Setelah diamati, majunya pertanian Thailand disebabkan karena supply kebutuhan air pertanian dibantu oleh modifikasi cuaca. Presiden Soeharto kemudian mengutus B.J Habibie untuk mempelajari TMC, kemudian pada tahun 1977 dimulailah proyek percobaan hujan buatan yang ketika itu masih didampingi oleh asistensi dari Thailand. Proyek ini berfokus untuk mendukung sektor pertanian dengan cara mengisi waduk-waduk strategis baik untuk kebutuhan PLTA atau irigasi. Namun seiring meningkatnya frekuensi bencana hidrometeorologi, baik longsor, banjir, kebakaran hutan dan lahan sehingga TMC kini berkembang untuk memitigasi bencana.
Selain digunakan untuk mitigasi bencana, TMC juga digunakan untuk pengamanan infrastruktur dan acara besar kenegaraan. Pertama kali, operasi TMC yang bertujuan untuk mengurangi curah hujan diaplikasikan untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan SEA Games XXVI Palembang 2011, Moto GP Mandalika 2022, hingga KTT G20 2022.
BAGAIMANA MODIFIKASI CUACA DILAKUKAN DAN CARA KERJANYA ?
Metode yang umum dilakukan adalah cloud seeding atau penyemaian awan. Metode ini dilaksanakan dengan menaburkan garam diatas awan sesuai dengan koordinat yang telah ditentukan. Saat udara naik ke atmosfer, uap air mulai berkumpul membentuk awan. Dalam kondisi alami, hujan turun ketika tetesan air dalam awan sudah cukup berat. Garam dipakai untuk mempercepat proses kondensasi dalam awan agar hujan turun lebih cepat. Manfaat kondensasi ini bervariasi tergantung kondisi. Pada musim kemarau, cloud seeding bisa mempercepat curah hujan untuk membantu sektor pertanian dan pengelolaan sumber daya air. Sedangkan pada musim hujan, teknik serupa bisa digunakan untuk mengalihkan hujan dari daerah rawan banjir ke lokasi yang lebih aman. Kesimpulannya, bantuan teknologi cloud seeding, awan dapat ‘dipaksa’ untuk menghasilkan hujan lebih cepat atau di lokasi yang lebih terkendali, apabila diperlukan pemadaman karhutla awan penghujan disekitar wilayah karhutla yang akan di semai, namun apabila di daerah rawan banjir modifikasi dilakukan dengan memaksa awan penghujan turun lebih cepat sebelum sampai di lokasi rawan banjir sehingga hujan dapat diturunkan ‘lebih dahulu’ di lokasi lain misalnya di atas permukaan laut.
Metode rekayasa lain untuk cuaca adalah cloud breaking yang dapat menghambat kondensasi. Metode “pengkerdilan awan” ini mengikis jumlah uap air yang mengalami kondensasi. Berbeda dengan cloud seeding, cloud breaking bertujuan untuk menghambat atau mengurangi curah hujan. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti menyemai awan dengan bahan yang dapat mengganggu proses kondensasi atau dengan menggunakan teknologi lain untuk memecah awan. Tujuan cloud breaking bisa beragam, termasuk mengurangi risiko banjir akibat hujan lebat, mengalihkan hujan dari suatu area, atau mengurangi curah hujan di daerah yang tidak diinginkan.
Dalam prakteknya untuk penanggulangan bencana, TMC dilakukan dengan melibatkan BMKG, TNI AU, BNPB dan KLHK. BMKG berperan untuk memberikan data dan informasi cuaca, awan dan arah angin. Sedangkan TNI AU menyediakan armada pesawat. Radar cuaca BMKG akan menginfromasikan keberadaan awan target dan arah kekuatan angin ke pilot, kemudian pesawat Casa yang membawa muatan garam (NaCl) akan menyemai awan hujan target. Pembiayaan biasanya dikenakan ke BNPB dengan anggaran siap pakai kebencanaan atau KLHK maupun dana CSR Perusahaan.
Selain itu, TMC juga dapat dilakukan dengan metode penyemaian darat melalui menara Ground Based Generator (GBG). Namun sejauh ini baru diimplementasikan untuk pengisian waduk. Hal ini karena menara ditempatkan di daerah topografi tinggi dan bahan semai dalam bentuk flare yang dibakar dengan berisi garam KCL. Pun metode ini hanya bisa dilakukan apabila awan target berada dalam jangkauan menara saja.
Sementara itu, bahan yang umum digunakan dalam modifikasi cuaca ada 3 yaitu :
- Garam (NaCl): Bahan ini bersifat higroskopis dan sering digunakan untuk penyemaian awan.
- Perak Iodida (AgI): Bahan ini meniru struktur es dan membantu pembentukan kristal es dalam awan.
- Bahan lain yang mengandung klorida: Struktur garam dalam bahan-bahan ini membantu mengendalikan kemampuan penyerapan air awan.
KESIMPULAN
Modifikasi Cuaca seperti lewat penyemaian awan, adalah hal yang rumit dan masih butuh banyak penelitian. Masih belum dapat dipastikan 100% apakah cara ini benar-benar efektif, karena sulit untuk membuktikan seberapa banyak hujan yang berhasil dibuat.
Selain itu, terdapat risiko pada saat penambahkan zat kimia ke awan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar, termasuk pertumbuhan tanaman. Bahkan, teknologi ini bisa disalahgunakan untuk kepentingan militer, meskipun hal itu sudah dilarang PBB.
Meski begitu, modifikasi cuaca punya manfaat yang besar jika digunakan dengan benar. Misalnya, bisa mengurangi kabut di bandara, menurunkan polusi, mitigasi banjir dan karhutla, membantu pembangkit listrik tenaga air, dan yang paling penting menambah supply air di daerah yang sering kekeringan. Bahkan sedikit tambahan hujan bisa membantu pertanian.
Teknologi ini juga bisa mengurangi dampak cuaca ekstrem seperti hujan es dan badai. Di Kanada, pernah dilakukan penyemaian awan untuk memperkecil ukuran hujan es. Hasilnya, badai jadi lebih ringan dan diperkirakan berhasil mencegah kerusakan besar.
Kesimpulannya, penyemaian awan memang belum sempurna, tapi punya potensi besar untuk membantu kehidupan manusia jika digunakan secara bijak.(VA)
Sumber :
Making it Rain: The Science of Weather Manipulation. (n.d.). Northrop Grumman. https://now.northropgrumman.com/making-rain-science-weather-manipulation
Modifikasi Cuaca : Pengertian, Sejarah, dan Contoh Penerapannya. https://aryadega.com/modifikasi-cuaca-pengertian-sejarah-dan-contoh-penerapannya/
3. Mengenal Teknologi Modifikasi Cuaca, Berawal untuk Pertanian Kini Berperan dalam Mitigasi Bencana. https://brin.go.id/news/111205/mengenal-teknologi-modifikasi-cuaca-berawal-untuk-pertanian-kini-berperan-dalam-mitigasi-bencana
Tidak Hanya ‘Tebar Garam’, Peneliti IPB University Jelaskan Ragam Teknologi Modifikasi Cuaca, Apa Saja ? https://www.ipb.ac.id/news/index/2025/04/tidak-hanya-tebar-garam-peneliti-ipb-university-jelaskan-ragam-teknologi-modifikasi-cuaca-apa-saja/