thumb

Cuaca Ekstrim di Kota Pontianak BMKG: Waspada Potensi Bencana Hidrometeorologi Sepekan ke Depan

Hujan deras kerap terjadi di Kota Pontianak sejak 2 Agustus 2025. Hal ini telah di prediksi oleh BMKG Kalimantan Barat dalam Analisis Curah hujan dimana curah hujan pada Dasarian III (tanggal 21-31) Juli 2025 yang secara umum berkisar antara 0-75 mm/dasarian berada pada kategori Rendah hingga Menengah sementara Dasarian (Tanggal 01-10) Agustus 2025 secara umum diprediksi kategori Rendah hingga Menengah dengan curah hujan berkisar antara 20-100 mm/das dengan kata lain terdapat peningkatan curah hujan.

Turunnya hujan di Kota Pontianak tentu telah ditunggu-tunggu masyarakat mengingat dalam beberapa minggu terakhir maraknya kejadian kebakaran hutan dan lahan di Kota Pontianak maupun sekitarnya. Bahkan menurut data ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) Kota pantauan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak, Pada akhir Juli kualitas udara di  Kota Pontianak memburuk dan sempat menyentuh angka 364 yang masuk menjadi kategori sangat tidak sehat hingga berbahaya. Sedangkan untuk kualitas udara di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan analisis harian PM2.5 tanggal 30 Juli 2025 yang dirilis oleh Stasiun Klimatologi BMKG Kalimantan Barat, kondisi udara di sejumlah wilayah berada dalam kategori tidak sehat hingga sangat tidak sehat. 

Sumber : BMKG Kalimantan Barat

Pada 10 Agustus 2025 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis siaran pers untuk mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan. Peringatan ini dikeluarkan setelah terpantau peningkatan curah hujan yang signifikan di berbagai wilayah Indonesia sejak awal Agustus 2025.

Meningat di Kota Pontianak telah terjadi banyak kejadian bencana akibat cuaca ekstrim. Diantaranya pohon tumbang di Komplek Alex Griya Permai 3 dan di Jl. Media pada 3 Agustus Lalu. Angin puting beliung juga menimpa beberapa rumah diantaranya di Jl. Tanjung Harapan Kelurahan Banjar Serasan,  Gang Mendawai Kelurahan Bansir Laut, dan Gang Famili Kelurahan Tambelan Sampit. Dalam Penanganan kejadian angin puting beliung ini, BPBD Kota Pontianak telah melakukan kaji cepat dan memberikan bantuan berupa terpal sebagai tindakan tanggap darurat.

Foto :  beberapa kejadian bencana akibat cuaca ekstrim pada minggu pertama bulan Agustus 2025 di Kota Pontianak

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyampaikan hujan dengan intensitas ekstrem telah melanda sejumlah provinsi. Tercatat, Bengkulu mengalami 160,8 mm/hari pada 1 Agustus 2025, Maluku 203,5 mm/hari pada 3 Agustus, Sumatra Barat 176,5 mm/hari pada 8 Agustus, dan Jawa Barat 254,7 mm/hari pada 9 Agustus. Hujan sangat lebat juga terjadi di Kalimantan Barat, Papua Tengah, Jakarta, Banten, Jambi, Kepulauan Riau, Papua Barat Daya, dan Sulawesi Tenggara. Menurutnya, kondisi ini selaras dengan prakiraan BMKG tentang meningkatnya curah hujan di awal bulan.

Guswanto juga menjelaskan, peningkatan curah hujan ini dipicu oleh kombinasi fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer, pengaruh tidak langsung bibit siklon tropis 90S dan 96W, sirkulasi siklonik, serta perlambatan dan pertemuan angin di sekitar Indonesia. Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menambahkan bahwa Indeks Dipole Mode yang saat ini bernilai negatif juga berperan, menandakan adanya aliran massa udara dari Samudra Hindia menuju Indonesia. Gabungan faktor dinamika atmosfer tersebut mendorong pertumbuhan awan hujan masif yang berpotensi memicu hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Berdasarka analisis BMKG, potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang pada 11–13 Agustus 2025 dapat terjadi di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sementara itu, pada 14–16 Agustus 2025, intensitas hujan diperkirakan menurun, namun wilayah Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Papua Pegunungan tetap berpotensi mengalami hujan lebat. Selain itu, angin kencang berpeluang terjadi di Aceh, Banten, Jawa Barat, Bali, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan, yang dapat memicu gelombang laut tinggi di sekitarnya.

Peningkatan signifikansi curah hujan tersebut dapat mengganggu aktivitas tanam panen, pariwisata dan aktivitas bepergian diluar ruangan. Dihimbau untuk masyarakat agar tetap selalu memantau prakiraan cuara harian dan peringatan dini sebelum bepergian. Warga diminta berhati-hati terlebih jika hujan disertai dengan angin kencang. Hindari keluar rumah, sebab takutnya pohon tumbang mengenai warga ketika berkendara.(VA)