thumb

SUPERMOON BERPOTENSI MENINGKATKAN CUACA EXTREME

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) Kalbar  , bahwa sepekan ke depan sebagian besar wilayah Kalimantan Barat ( berpotensi terjadi hujan intensitas sedang hingga lebat. Periode tanggal 21 s.d 31 Agustus 2024 hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat berpotensi terjadi merata di wilayah Kalimantan Barat di Kota Pontianak pada khususnya.

Periode tanggal 21 s.d 31 Agustus 2024 hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat berpotensi terjadi di sebagian atau seluruh wilayah Kota Pontianak. Adanya fenomena Supermoon yang bersamaan dengan perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut. Banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di wilayah pesisir Kalimantan Barat periode tanggal 19 s.d 21 Agustus 2024. Diprakirakan gelombang dengan ketinggian 1.25 m – 2.5 m berpotensi terjadi di wilayah Perairan Kep. Karimata pada periode tanggal 19 sd 31 Agustus 2024.

Masyarakat dihimbau agar tidak panik namun tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi seperti  banjir, banjir bandang, genangan, tanah longsor, pohon tumbang, angin kencang, dan sambaran petir. Wilayah bertopografi curam/berbukit patut waspada potensi longsor dan banjir bandang pada saat terjadi hujan intensitas sedang – lebat bahkan ekstrem yang terjadi dalam durasi panjang.

Supermoon adalah fenomena luar angkasa yang terjadi ketika bulan purnama bertepatan dengan jarak terdekat ke Bumi di lintasan orbitnya. Fenomena Supermoon membuat penampakan bulan sedikit lebih terang dan lebih dekat dari biasanya, meski perbedaannya sulit dilihat dengan mata telanjang. Supermoon di tahun 2024 terjadi di bulan Juli dan dua di bulan Agustus, yaitu pada tanggal 1 Agustus dan tanggal 30 atau 31 Agustus.

Berdasarkan artikel https://www.climate4life.info/2023 , berikutnya akan dijelaskan penyebab Supermoon, penyebab Supermoon tidak lain dipengaruhi oleh lintasan orbit bulan yang mengelilingi bumi, tidak terbentuk lingkaran sempurna. Lintasan orbit bulan memiliki jarak rata-rata 238.000 mil (382.900 km) dari Bumi, tetapi apogee dan perigee-nya, yaitu jarak terdekat dan terjauh dari Bumi, berubah setiap bulan lunar. Alasan utama mengapa orbit bulan bukan lingkaran sempurna adalah karena ada banyak gaya pasang surut, atau gravitasi, yang menarik bulan. Gaya gravitasi bumi, matahari, dan planet yang berbeda-beda, semuanya memberikan pengaruh pada orbit bulan. Setiap gaya gravitasi yang berbeda ini memiliki kemampuan menarik dan mendorong bulan, sehingga akan menciptakan jarak terdekat dan terjauh bulan pada bumi. Perigee dan Apogee: Peran Penting Perigee dan apogee adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan dua posisi ekstrem dalam orbit bulan (atau benda langit lainnya) sehubungan dengan Bumi. Kedua posisi ini berkaitan dengan jarak bulan dari Bumi saat berada pada titik tertentu di orbitnya.

1.    Perigee

Perigee merujuk pada saat bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya. Saat berada di perigee, bulan berjarak paling dekat dari Bumi.  Akibatnya, pada saat perigee, bulan tampak lebih besar dan lebih terang di langit. Ini bisa menciptakan apa yang sering disebut "supermoon," ketika bulan purnama atau bulan baru terjadi pada saat perigee.  Perigee terjadi sekitar setiap 27,3 hari, yang merupakan periode waktu yang dikenal sebagai "bulan sinodis."

2.    Apogee Apogee adalah saat bulan berada pada titik terjauhnya dari Bumi dalam orbitnya. Saat berada di apogee, bulan berjarak paling jauh dari Bumi. Pada saat ini, bulan tampak lebih kecil dan lebih redup di langit. Apogee juga terjadi sekitar setiap 27,3 hari, sama seperti perigee. Kedua posisi ini (perigee dan apogee) merupakan bagian alami dari siklus orbit bulan di sekitar Bumi. Karena orbit bulan bukanlah lingkaran sempurna tetapi sedikit elips, jarak bulan dari Bumi berfluktuasi saat bergerak mengelilingi planet kita. Siklus perigee dan apogee ini berdampak pada tinggi rendahnya pasang surut laut.

Saat Bumi berputar setiap hari, tarikan gravitasi Bulan menyebabkan air di sisi yang paling dekat dengan Bulan membentuk tonjolan, menciptakan pasang. Pada saat yang sama, di sisi yang berlawanan, air juga membentuk tonjolan karena gaya sentrifugal akibat rotasi Bumi, menghasilkan surut.  Kombinasi pergerakan alami ini menyebabkan dua pasang air laut dan dua surut yang kita lihat setiap hari. Dengan naiknya permukaan laut akibat perubahan iklim, yang digabungkan dengan pengaruh siklus nodal bulan, yang bisa menyebabkan peningkatan dramatis banjir pasang..

Surut dan pasang yang begitu signifikan mempengaruhi arus laut secara besar-besaran, yang berperan penting dalam mendistribusikan air hangat dan dingin di seluruh dunia. Arus laut hangat membawa cuaca yang lebih basah dan hangat, sementara arus laut dingin menghasilkan iklim yang lebih sejuk dan kering. EL Nino dan La Nina Supermoon dan siklus nodal bulan diduga mempengaruhi fenomena cuaca yang penting, seperti El Niño dan La Niña. Fenomena ini memiliki dampak global yang mempengaruhi pola cuaca di berbagai wilayah.  Selama El Niño, angin pasat melemah atau bahkan berbalik arah, menyebabkan kekeringan di daerah yang biasanya basah dan banjir di wilayah yang kering. Sebaliknya, La Niña memperkuat angin pasat, menyebabkan musim dingin lebih hangat di selatan dan lebih dingin di utara.

Tarikan gravitasi Bulan tidak hanya mempengaruhi pasang surut laut, tetapi juga berperan dalam fenomena cuaca seperti El Niño dan La Niña.  Supermoon, ini berpeluang mengakibatkan terjadinya banjir yang menggenangi daratan,

Dalam beberapa hari ini efek Supermoon ini mengakibatkan hujan beberapa hari ini di Pontianak, namun hanya mengakibatkan genangan di beberapa tempat yang menjadi langganan banjir. Kondisi ini tidak terlalu parah dibandingkan sekitar bulan Maret 2024, dimana hujan deras mengakibatkan pohon tumbang di beberapa titik lokasi, tidak lama surutnya terutama ditepian sungai, karena pembuangan aksesnya langsung ke sungai, sedangkan ditengah kota membutuhkan waktu untuk surut karena kondisi daratan.Dalam beberapa jam melihat durasi hujannya juga, aliran genangan tersebut akan terbuang ke sungai Kapuas. Apabila mengalami air pasang makan surutnya perlu waktu yang lebih lama.

Untuk antisipasi dampak cuaca extreme BPBD kota Pontianak melakukan kegiatan kesiapsiagaan bencana, berupa Dokumen Rencana Kontigensi Banjir  khusus untuk per satu bencana banjir. Direncanakan pada awal tahun 2025 akan dilakukan FGD ( Focus Group Discussion ) yang mengundang Perangkat daerah yang terkait, akademisi dan stake holder. Dalam satu bencana itu nanti akan disimulasikan, dipilih daerahnya ( kawasan ) dengan curah hujan berapa lama durasinya mengakibatkan banjir dengan ketinggian tertentu , akan di evaluasi tim ahli sehingga bisa menghasilkan data berapa daerah yang terpapar, jumlah rumah terdampak, berapa jiwanya . Di kegiatan ini akan memetakan perangkat daerah mana saja yang akan ikut bertanggung jawab dalam penanganan bencana tersebut. Untuk ditahun 2024 BPBD kota Pontianak ini menyusun Dokumen  Rencana kontigensi Karhutlah ( Kebakaran hutan dan lahan ) . Semoga dengan disusun Dokumen Rencana kontigensi banjir ini sebagai langkah antisipasi untuk menangani efek cuaca extreme(hujan pada khususnya) Puji Rahayu_BPBD Ptk